MICROPHONES
Berdasarkan fungsi dari mic seperti yang telah tersebut di
atas maka metode yang sering dipakai untuk pembuatan sebuah mic adalah jenis
Dynamic dan Condenser. Penjelasan kedua metode ini dapat dilihat pada
penjelasan di bawah ini:
Dynamic
Microphones
Jenis mic ini yang paling sering digunakan pada setiap
acara-acara atau lebih mudahnya dapat kita jumpai sehari-hari dalam setiap
kegiatan yang menggunakan alat ini. Beberapa pabrikan mic terkenal seperti
Shure, Sennheiser, Audio-technica, ElectroVoice dan masih banyak lagi merek
yang terkenal berlomba-lomba untuk menciptakan jenis mic ini dengan spesifikasi
masing-masing yang memiliki keunggulan dan kelemahan, atau lebih tepatnya
kekurangan. Mic jenis ini dapat dianalogikan sebagai bentuk mini dari sebuah
speaker, dimana keduanya memiliki sebuah diafragma (atau istilah kerennya cone
atau konus) dengan sebuah voice coil (terdiri dari lilitan atau gulungan
tembaga panjang yang super tipis) yang direkatkan pada sebuah batang magnet.
Berbeda dengan speaker yang bekerja ‘terlontar’ ke depan atau maju, maka mic
bekerja kebalikannya.
Prinsip kerja.
Ketika energi suara menyentuh diafragma, maka permukaan
diafragma tersebut bergetar. Gerakan atau getaran ini dikirim langsung menuju
coil (yang berupa lilitan tembaga yang super tipis), yang bergerak maju dan
mundur dalam sebuah magnet. Saat coil tersebut menyentuh batas medan magnet yang terdapat pada sekelilingnya
maka akan menimbulkan kejutan listrik yang kecil yang diinduksi oleh kabel yang
menghubungkan antara coil tersebut dengan konektor eksternal. Perbedaan medan magnet dan arah
gerakan dari coil tersebut serta perbedaan tegangan listrik merupakan sebuah
representasi elektris dari gelombang suara yang timbul (dalam Davis &
Jones, 1989).
Mic jenis ini dikenal karena ketahanan dan kemampuannya,
artinya jenis mic ini dapat dikatakan ‘tahan banting’ dan multi-fungsi (sesuai
dengan pemakaian, tentunya…). Yang jelas mic jenis ini tidak membutuhkan
baterai atau power supply eksternal, mampu menghasilkan respon yang smooth,
bervariasi atau bahkan mampu diperuntukkan untuk pemakaian yang khusus. Karena
alasan seperti yang telah disebutkan di atas maka mic jenis ini sering dipakai
untuk pemakaian di atas panggung ketika kekuatan fisik dari mic jenis ini
sangat diandalkan. Juga sering dipakai untuk outdoor use, dimana faktor
lingkungan tidak terlalu mempengaruhi mic jenis ini secara signifikan,
contohnya pada pemakaian paging system. Alasan yang lain adalah sedikitnya atau
bahkan dapat dikatakan tidak perlu proses pemeliharaan yang intensif untuk mic
jenis ini dan dengan pemakaian yang benar maka performa mic jenis ini dapat
bertahan lama.
Condenser Microphones
Jenis mic yang berikutnya adalah condenser (atau kapasitor)
mic yang menggunakan membran yang super ringan dan sebuah plat tipis yang
bertindak sebagai ‘lawan’ dari kapasitor. Tekanan atau getaran suara yang
dihasilkan sumber bunyi yang diterima oleh lapisan polymer tipis ini
mengakibatkan membran ini bergerak. Pergerakan ini mengubah kapasitansi dari
sirkuit yang ada, lalu menciptakan sebuah perubahan output elektris. Analogi
yang dapat kita lihat dari fungsi mic jenis ini adalah tweeter pada sebuah
sistem speaker, tapi dengan bentuk yang lebih mini dan sama seperti mic jenis
dynamic, fungsinya berbalik dengan sistem speaker. Oleh karena elemen mic jenis
ini menghasilkan sebuah tegangan yang tanpa power, yang secara otomatis
menghasilkan impedansi yang besar maka mic ini harus difungsikan bersama dengan
sebuah amplifier untuk menaikkan level sinyalnya dan untuk mengisolasi elemen
yang dimilikinya dari impedansi yang terlalu rendah dari input dimana mic jenis
ini dihubungkan.
Pada awal pembuatannya, jenis mic ini dibuat dengan
amplifikasi dari tabung sehingga bentuk fisiknya pun cukup besar. Pada
perkembangan berikutnya, mic jenis ini dibuat dengan amplifikasi dari
transistor sehingga bentuknya pun relatif lebih kecil dari pendahulunya.
Pemakaian mic jenis ini sering kita jumpai pada
studio-studio rekaman, yang membutuhkan karakter penerimaan dan menghasilkan
suara yang baik. Kekurangan dari mic jenis ini adalah lebih sensitif terhadap
goncangan fisik dan faktor eksternal seperti kelembaban udara sehingga mic
jenis ini yang klasik (tube condenser) jarang sekali digunakan untuk pemakaian
outdoor.
Penyebutan alat ini adalah microphone atau lebih singkatnya sering
disebut sebagai mic atau mike, perbedaannya adalah pada masalah pemakaian kata,
sedangkan fungsinya sama.
Menurut Davis & Jones, 1989, sama seperti phono cartridge (‘optik” yang
terdapat pada turntable DJ), headphone dan loudspeaker, pada prinsipnya
microphone adalah sebuah transducer – atau dengan bahasa yang lebih sederhana
dan lebih mudah dimengerti, merupakan sebuah alat pengubah energi, dalam hal
ini energi yang diubah adalah energi akustik (berupa suara) dan diterjemahkan
atau diubah menjadi energi listrik yang ekuivalen (berupa sinyal audio).
Energi ini diperkuat lagi dan dikirim pada sebuah loudspeaker, atau sebuah
headphone, sehingga suara yang ditangkap oleh transducernya akan dikeluarkan
oleh membran speaker tanpa ada perubahan yang sangat signifikan.
Dengan bahasa yang lebih sederhana, alat ini dipergunakan untuk memperkeras
suara dari sumber bunyi yang dapat ditangkap oleh transducer-nya (sumber bunyi
dapat berupa suara vokal manusia, suara alat musik atau suara-suara yang lain).
Metode yang dipakai untuk mengubah energi ini sangat bervariasi dengan tujuan
yang khusus dan menghasilkan jenis-jenis mic yang banyak beredar di pasaran
dengan beragam merk atau tipe. Beberapa tipe mic yang sering dipakai dapat kita
jumpai pada studio-studio rekaman, broadcast (radio maupun TV atau media
elektronik lainnya), produksi film atau sinetron, home hi-fi dan video
recording, dan terutama pada pemakaian secara live di panggung-panggung
entertainment.