MENENTUKAN
TITIK PERPOTONGAN FREKUENSI UNTUK SUBWOOFER
Berapakah titik perpotongan frekunsi sebuah subwoofer? Beberapa teman lebih
menyukai suara subwoofer yang menyentak dan mereka mengusahakan agar subwoofer
yang mereka miliki bersuara demikian. Anehnya semakin mereka berusaha justru
suara yang kurang nyaman dan agak sedikit pecah yang terdengar.
Pada artikel sebelumnya mengenai suara subwoofer telah disinggung salah satu
faktor penentu adalah titik perpotongan subwoofer dengan speaker full range.
Banyak pertanyaan yang timbul, berapakah titik perpotongan frekuensi untuk
sebuah subwoofer? Dapatkah subwoofer saya dipaksa untuk menghasilkan suara yang
menghentak dengan menaikkan titik perpotongan frekuensi? Inilah pertanyaan yang
timbul pada saat subwoofer kita bermasalah dan tidak memperdengarkan suara yang
menghentak.
Belum tentu usaha ini berhasil, karena setiap subwoofer memiliki karekternya
masing-masing. Ada beberapa jenis subwoofer yang hanya dapat menghasilkan suara
rendah saja, tanpa dapat menghasilkan suara hentakan. Ada beberapa jenis
subwoofer yang hanya dapat menghasilkan suara hentakan saja tanpa suara rendah.
Jadi belum tentu dengan menggeser titik perpotongan frekuensi subwoofer ke arah
suara hentakan (100 Hz – 125 Hz) akan menambah suara hentakan.
Titik perpotongan frekuensi yang tepat dapat kita peroleh dengan jalan
mempelajari respon frekuensi subwoofer dan speaker full range yang kita
gunakan. Titik perpotongan frekuensi yang tepat dapat kita lihat dengan
menggunakan alat sederhana seperti RTA (Real Time Analyzer). Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
•Salurkan suara pink noise ke sitem anda melalui mixer.
•Putarlah knob volume power untuk subwoofer ke tingkat kekerasan suara yang
kita inginkan. Ini kita lakukan tanpa mengeset titik perpotongan frekuensi pada
loudspeaker manajemen atau crossover aktif sebelumnya.
•Ukurlah respon frekuensi yang dihasilkan oleh subwoofer, dan simpan dalam
memori RTA kita.
•Kemudian ulangi prosedur yang sama untuk speaker full range kita.
•Bandingkan kedua memori, dan perhatikanlah di mana kedua respon frekuensi
berpotongan, di seputar titik pesilangan tersebutlah kita dapat mengeset titik
perpotongan frekuensi antara subwoofer dan speaker full range.
Mohon di ingat, prosedur ini harus kita lakukan sebelum kita mengeset filter
perpotongan frekuensi.
Jika titik perpotongan frekuensi sudah kita dapatkan, diusahakan jangan
mengubah kembali volume power. Dengan mengubah volume pada power, ini akan sama
dengan anda menambahkan sinyal yang keluar dari power anda menuju speaker,
dengan demikian anda akan menaikkan respon frekuensi dari speaker anda.
Akibatnya, jika anda menaikkan volume pada power subwoofer, maka rentang
frekuensi subwoofer akan banyak yang saling tumpang tindih dengan rentang
respon frekuensi speaker full range. Kejadian ini dapat mengakibatkan efek
saling menghilangkan pada rentang frekuensi speaker full range di frekuensi
tertentu. Atau jika volume pada power subwoofer dan speaker full range kita
naikkan maka akan terjadi jurang antara rentang frekuensi suboofer dan speaker
full range. Mengganti power dengan watt yang lebih besar atau pun lebih kecil
akan mengakibatkan kejadian yang sama.
Jenis Filter dan Kemiringan Filter Crossover
Jenis filter yang kita gunakan akan berpengaruh kepada suara yang dihasilkan
apakah itu Bessel (Bes), Butterwoth (But), Linkwitz-Riley (L-R atau Link), NTM,
atau Chebyshev. Masing-masing filter memiliki karakternya tersendiri, tidak dapat
saya mengatakan Linkwitz-Riley lebih baik dari yang lainnya. Ada orang lain
yang mengatakan bahwa Butterwoth lebih baik. Saya sarankan untuk anda lebih
banyak melihat respon frekuensi speaker anda melalui RTA. Banyak hal yang
mencakup jenis filter ini dan penulis tidak dapat menuliskannya di sini.
Seperti misalnya penguatan pada ujung titik perpotongan frekuensi, pergeseran
fasa, dan lain-lain.
Kemiringan filter pada titik perpotongan frekuensi sangat penting, karena akan
berkaitan dengan berapa banyak tumpang tindih rentang frekuensi yang kita
inginkan antara subwoofer dengan speaker full range. Securam-curamnya
kemiringan filter tidak mungkin kita mendapatkan area rentang frekuensi yang
tidak bertumpang tindih, selalu akan ada area yang bertumpang tindih. Harap
menjadi catatan kita bahwa semakin besar angka pada kemiringan filter akan
semakin besar pula pergeseran fasa dan delay dari setiap respon frekuensi
komponen speaker.
Jika kita menggunakan loudspeaker manajemen atau crossover aktif maka kita dapat
memilih besarnya kemiringan filter yang kita inginkan, apakah 6 dB per oktaf,
12 dB per oktaf, 18 dB per oktaf, 24 dB per oktaf, hingga 48 dB per oktaf,
bahkan ada pula yang membuat hingga 54 dB per oktaf. Memang semakin tinggi
besaran angka filter, akan semakin curam kemiringan filter pada titik
perpotongan frekuensi dan akan mengurangi kebocoran frekuensi ke area rentang
frekuensi untuk speaker lainnya.
Memaksakan Kehendak
Setelah kita mengetahui respon frekuensi suboofer membuat kita
mengetahui kemapuan subwoofer kita dan karakter subwoofer kita. Banyak orang
yang menyangka speaker dapat mengikuti kemauan mereka, sekali lagi penulis
tegaskan kita tidak dapat memaksakan kehendak kita untuk membentuk suara
speaker seperti yang kita inginkan. Melainkan kita yang harus mengikuti
karakter dan kemauan speaker yang kita gunakan, karena setiap speaker memiliki
keterbatasan kemampuan menghasilkan suara dan frekuensi respon sendiri. Jika
kita paksakan, mungkin saja subwoofer dapat menghasilkan suara yang kita inginkan,
tetapi kemungkinan kita membuat daunnya sobek, koilnya terbakar, atau konus
speaker yang lompat salah posisi. Tentu saja kalau ini terjadi subwoofer kita
akan rusak.
Keadaan yang lebih parah apabila kita tidak menyadari bahwa kita menaruh subwoofer
di dalam ruangan. Jangan kita lupakan bahwa ada hubungan antara suara yang
dihasilkan subwoofer dengan ruangan. Seperti misalnya, ruangan dengan ukuran
tidak mencapai 4 meter maka jangan kita berharap subwoofer dapat bersuara
dengan baik, mengapa demikian? Suara 40 Hz untuk mencapai 1 gelombang penuh
pada suhu 24ÂșC adalah 8,64 meter, sedangkan 100 Hz pada kondisi yang sama
adalah 3,46 meter. Apa yang kita dapatkan dari ukuran panjang gelombang ini?
Frekuensi 100 Hz dapat terdengar dengan baik jika ruangan mencapai 4 meter,
tetapi untuk 40 Hz kita mungkin tidak dapat mendengarnya dengan baik.
Efisiensi Power
Titik perpotongan frekuensi sebenarnya berguna untuk membatasi kerja
dari pada speaker. Membuat speaker bekerja secara efisien pada rentang
frekuensi yang telah kita set dan membuat seluruh tenaga power terpusat hanya
pada rentang frekuensi tersebut. Di dunia audio Profesional, belum ada sebuah
komponen speaker yang mempu menghasilkan suara keras dan seluruh frekuensi
dihasilkan secara efisien. Tetap harus terdiri dari beberapa komponen, dan
beberapa power agar efisien dan dapat dimanipulasi secara elektronik.
Perhatikanlah kemampuan speaker pada saat kita mengeset titik perpotongan
frekuensi. Seperti sebelumnya telah dibahas bahwa besarnya watt power akan
mempengaruhi rentang frekuensi sebuah speaker. Janganlah terlalu besar
memberikan power kepada suatu speaker dengan kemapuan yang terbatas, dan jangan
pula mengurangi watt dari power yang dibutuhkan. Dengan mengurangi watt,
speaker tetap bersuara, akan tetapi daun woofer manjadi malas bergerak karena
kurangnya daya dorong.
Kekurangan watt akan mengakibatkan power cepat kelebihan beban dan membuat
lampu clip menyala. Ada beberapa komponen subwoofer yang tahan akan clipping,
tetapi ada beberapa komponen lainnya yang segera rusak setelah beberapa kali
clipping saja. Mengapa lampu clipping menyala? Karena watt power kecil, maka
kita akan merasa kurang dengan suara subwoofer, kita angkat volume suara rendah
pada mixer terus menerus. Dan pada akhirnya power menjadi kelebihan beban dan
clipping. Mengapa kita merasa kurang volume? Karena area kerja subwoofer atau
rentang frekuensi subwoofer manjadi sangat kecil, bahkan di bawah dari apa yang
kita inginkan. Karena area yang sedemikian kecilnya, maka subwoofer selalu
dirasakan kurang bertenaga.
Suatu Konsep Yang Selaras
Titik perpotongan frekuensi, kemiringan titik perpotongan frekuensi, kerja
power, dan efisiensi kerja speaker.
Akan tetapi jangan usaha kita menjadi sia-sia jika kita menempatkan sebuah
subwoofer dalam ruangan, jika ruangan tersebut tidak mendukung agar subwoofer
mengeluarkan suara yang kita inginkan. Periksalah ukuran ruangan dengan seksama
dan perhatikan dinding bagian manakah yang mungkin menghasilkan pantulan balik
dan merusak titik perpotongan frekuensi.