1. Mitos Dibalik Mixer
Banyak orang menyangka bahwa mixer bukanlah bagian penting dari peralatan sound system mereka, dan mereka hanya membeli mixer murahan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Ditambah lagi dengan kondisi perekonomian seperti pada saat ini banyak sekali tempat hiburan, rumah ibadah dan gedung pertemuan tidak mampu membeli mixer yang baik. Faktor kejernihan suara, dan akuratnya penyetelan sering kali menjadi terabaikan, dan ini banyak membuat para operator sound system menjadi pusing tujuh keliling. Banyak orang yang mampu membeli speaker, power, peralatan penunjang lainnya dengan kualitas yang baik dan harga yang mahal, akan tetapi tidak untuk membeli mixer.
Sebuah mixer yang baik tentu saja akan memiliki suara yang baik pula, dan dapat memenuhi kebutuhan dari pada system yang kita pasang. Jika kebutuhan kita untuk system yang kita pasang masih belum bisa terpenuhi, maka dapat kita katakan mixer tersebut masih kurang baik untuk system kita. Walaupun mixer tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan tentu saja harga yang cukup mahal. Dalam hal ini juga harus kita pertimbangkan kegunaan dan tentu saja kemampuan orang yang akan menggunakannya. Mixer dengan berbagai fasilitas akan menjadi tidak termanfaatkan jika orang yang menggunakannya tidak paham betul apa yang sedang dia pergunakan. Akan tetapi mohon menjadi catatan kita semua, kualitas dari pada suara system yang kita pasang tidak hanya bergantung dari pada mixer saja, melainkan juga dari banyak komponen lainnya. Mixer memang alat yang cukup rumit sehingga, seringkali harganya pun cukup mahal, kita bahkan bisa menukar sebuah mixer yang cukup baik dengan sebuah rumah mewah.
2. Apa yang Dimaksud Dengan Mixer
Mixer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyatukan, memproses dan menyalurkan kembali sinyal suara yang sudah diolah. Mixer dapat dipergunakan secara luas, dan tidak hanya dipergunakan untuk menggabung-gabungkan suara akan tetapi dapat pula kita pergunakan untuk mengolah suara menjadi terdengar lebih baik.
3. Mixer Digital dan Mixer Analog
Dalam zaman yang sudah sangat maju seperti pada saat ini kita bisa mengkategorikan mixer berdasarkan berbagai macam kategori. Salah satu kategori yang cukup besar dan mencakup berbagai kategori lainnya adalah; mixer digital dan mixer analog.
Mixer digital adalah mixer yang pengolahan sinyal yang melaluinya dalam bentuk digital atau dalam bentuk data digital. Sedangkan mixer analog adalah mixer yang mengolah sinyal yang melaluinya dalam bentuk analog atau dengan mengubah variabel besaran arus listrik yang melaluinya. Mixer digital tidak selalu bentuk hardware-nya virtual atau hanya dapat kita lihat dalam tampilan layar komputer saja, melainkan banyak pula yang bentuk hardware-nya dapat kita pegang atau kita set. Mixer yang demikian kita harus tetap sebut mixer digital walaupun ada banyak tombol yang harus kita set secara analog. Manakah yang lebih unggul? Umumnya pertanyaan ini yang ada dalam benak kita. Masih banyak orang yang menganggap suara analog masih lebih unggul dari pada suara digital, memang suara digital yang kita dengar tahun 1980-an pada saat CD baru pertama kali keluar masih kalah jauh dengan suara analog. Akan tetapi suara digital yang ada saat ini sudah melompat jauh ke depan dan memiliki kehalusan dan kejernihan suara yang lebih baik lagi tentunya.
Kelebihan lain dari mixer digital adalah kita dapat menyimpan semua penyetelan yang kita set pada mixer tersebut dalam bentuk data digital. Dan bahkan dapat menyimpan penyetelan per-acara yang akan kita lalui pada hari itu. Disamping itu dapat pula kita menyimpan penyetalan equalizer, gate, compressor, dan effek khusus untuk satu individu atau alat musik tertentu. Fasilitas ini memudahkan kita pada saat kita membutuhkannya, sehingga untuk mengembalikannya ke penyetelan yang kita inginkan hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja. Dalam perbandingan ini bukan hanya kualitas suara yang menjadi pertimbangan melainkan juga kemudahan penggunaan dan juga fasilitas penunjang lainnya yang dapat kita pergunakan dalam mixer tersebut. Seperti misalnya adanya compressor, gate, audio delay, full parametrik equalizer, bahkan saat ini ada yang sudah menambahkan grafik equlizer di dalam mixer tersebut. Sehingga membeli mixer digital dengan fasilitas-fasilitas ini akan menghemat dana secara besar-besaran, hanya saja operator dituntut untuk mampu membayangkan mixer tersebut secara virtual. Untuk membahas mixer digital lebih dalam lagi akan kita bahas di kesempatan lain.
4. Jenis-Jenis Mixer
Mixer dapat kita bagi berdasarkan jenis penggunaannya, ada beberapa penggolongan mixer berdasarkan jenis penggunaannya, sebagai berikut :
a. Mixer Live Utama
Ini adalah mixer yang kita umum pergunakan untuk pertujukan live, mixer ini berfungsi untuk memixing sinyal yang dikirim dari panggung, untuk dapat diproses dan dikirim ke alat pengatur suara lainnya kemudian ke speaker. Sebenarnya mixer ini dapat pula berfungsi sekaligus untuk memixing monitor panggung, hanya saja untuk keleluasaan di panggung orang sering kali menambahkan mixer monitor.
Perbedaan mendasar dari mixer ini dengan mixer monitor adalah jumlah aux pada mixer monitor lebih banyak. Sedangkan pada mixer live utama pada umumnya output dalam bentuk buss atau atau matrix terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan mixer monitor.
b. Mixer Live Monitor
Seperti telah disebutkan di atas terdapat beberapa perbedaan antara mixer live utama dengan mixer live monitor. Mixer live monitor umumnya memiliki auxillary output yang cukup banyak, Yamaha GA 12 memiliki aux hingga 12 buah, atau bahkan Midas Siena dengan 16 aux.
Fasilitas ini disediakan oleh karena setiap monitor seringkali pendengarnya ingin suara-suara tertentu saja yang ada pada monitor terseubut. Biasanya mixer ini diletakkan di samping panggung agar dekat dengan pengguna fasilitas ini yang berada di panggung.
c. Mixer Recording
Mixer recording banyak berbeda dari mixer live, pada umumnya pada mixer ini ditambahkan fasilitas flip untuk memindahkan input yang masuk ke dalam mixer tersebut. Filp digunakan untuk menukar input dari sumber dengan keluaran dari alat perekam, ini dimaksudkan agar memudahkan pada saat merekam dan me-mix down-nya. Mixer recording yang moderen saat ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas unuk memixing surround channel. Tambahan lainnya adalah MMC atau Midi Machine Control atau tombol-tombol untuk mengendalikan alat perekam atau bahkan sotware untuk merekam.
d. Matrix Mixer
Bentuk modern dari mixer ini dilengkapi dengan sotfware atau dapat kita kendalikan dengan komputer. Sebelumnya mixer ini berupa tombol-tombol saja untuk menggabungkan suara ketempat yang kita inginkan, ditambah dengan potensio gain. Mixer ini lebih banyak difungsikan untuk tempat yang memiliki banyak ruangan dan menginginkan penggunaan yang berbeda dan suara yang dihasilkan dari setiap speaker dalam masing-masing ruang bersuara berbeda. Mixer ini dapat menyalurkan sinyal dari satu ruang ke ruang lainnya atau bahkan menggabungkan seluruh ruangan dengan 1 buah sumber suara. Mixer ini pada umumnya ditempatkan pada ruangan kontrol audio dan video dalam sebuah gedung.
e. Automatic Mixer
Ini adalah mixer yang bekerja menghidupkan atau mematikan microphone secara otomatis berdasarkan perhitungan NOM atau number of open microphone atau banyaknya microphone yang terbuka pada saat yang bersamaan. Mixer ini dugunakan pada tempat-temat yang tidak memerlukan operator, sepeti rumah ibadah sederhana, ruang sidang, dan lain-lain.
Mixer ini akan mematikan microhone yang tidak dipergunakan dan menyalakan microhone langsung pada saat digunakan berbicara. Dengan demikian feedback dapat dihindari.
f. Zone Mixer
Zone mixer adalah mixer yang dipergunakan untuk memixing berbagai sumber dan menyebarkannya ke area-area tertentu. Penggunaannya mirip matrix mixer hanya saja pada zone mixer ditambahkan pula beberapa fasilitas lainnya yang dapat menunjang penggunaannya. Salah satunya biasanya adanya fasilitas channel untuk paging atau untuk memanggil orang, fasilitas ini dilengkapi dengan gate yang akan bekerja menekan lagu latar belakang yang sedang diputar agar panggilan yang disuarakan melalui microphone menjadi jelas terdengar dan lagu latar belakang menjadi mengecil volumenya.
Fasilitas lainnya adalah adanya volume untuk menyalurkan sinyal suara ke zona-zona yang berbeda-beda. Pada bagian channel input biasanya terdapat pula tombol untuk memilih zona, sehingga kita bisa memasukkan suara tertentu ke satu zona saja atau ke zona yang lainnya. Oleh karena itu mixer ini banyak digunakan untuk restoran, gedung perkantoran, dan lain-lain.
g. Sub Mixer
Mixer ini dipergunakan apabila kita mengginkan channel tambahan, atau dapat pula beberapa grup band ingin tampil dalam satu acara tanpa kita harus repot-repot mengubah penyetelan mixer utama. Kegunaan lainnya adalah dapat digunakan untuk pemain keyboard yang memainkan beberapa buah keyboard dan sound modul, padahal dia hanya memiliki sebuah amplifier monitor. Atau bahkan kita ingin menggabungkan beberapa sumber suara ke dalam 2 channel saja atau stereo channel saja. Kita dapat menggunakan mixer kecil biasa hingga mixer besar untuk aplikasi ini, dan tidak diperlukan mixer dengan bentuk khusus untuk aplikasi ini.
h. Line Level Mixer
Mixer ini hanya dapat kita pergunakan untuk menggabungkan sinyal dengan impedansi line level, dan bukan untuk me-mixing microhone. Pada umumnya mixer ini digunakan sebagai sub mixer. Pada umumnya bentuk mixer ini hanya satu unit rak saja.
i. DJ Mixer
Bentuk mixer ini beragam dan bermacam-macam, dari mixer dj untuk scratch hingga mixer untuk club. Yang membedakan mixer ini dengan mixer lainnya adalah adanya tambahan untuk cross fade. Cross fade digunakan untuk memindahkan channel yang sedang kita pegunakan ke channel lain yang ingin kita masukkan ke dalam mixer, cross fader akan memindahkannya sesuai dengan kecepatan kita menggerakkan cross fader.
j. Splitter Mixer
Mixer ini adalah sub mixer ataupun line level mixer, hanya saja bisa berfungsi sebagai splitter, yaitu pembagi sinyal.
k. Mixer Broadcast
Ini mungkin adalah jenis mixer yang paling berbeda baik dalam buntuk dan penggunaannya. Pada mixer ini tidak terdapat tombol-tombol untuk mengubah parameter-parameter yang ada, biasanya di sediakan di dalam mixer tersebut. Untuk jenis mixer ini akan kita bahas lain waktu.
5. Fungsi Dasar Mixer
Mixer adalah fungsi dasar yang di desain orang untuk melalukan sinyal audio yang dapat kita kendalikan dalam berbagai tingkatan. Fungsi ini dimaksudkan agar operator dapat dengan optimal memanfaatkan jalur-jalur di dalam system tersebut, untuk dapat mencapai tingkat optimal antara perbandingan sinyal dan noise. Bagian pertama, adalah:
·
penguatan input
Penguatan
ini ditujukan agar sinyal yang masuk dapat kita kendalikan dan mencapai tingkat
yang cukup besar (atau optimum), tanpa membuat channel tersebut menjadi
overload. Fungsi ini juga harus kita sesuaikan dengan posisi fader yang kita
inginkan.
·
Fader Pada
umumnya ditempatkan dibagian bawah modul channel mixer, letak ini ditujukan
untuk memudahkan operator untuk mengesetnya. Lebih disukai fader yang
menggunkan potensio slider (geser / naik-turun) dibandingkan dengan potensio
putar.
Fader akan kita gunakan untuk menyetel berapa banyak sinyal yang kita ingin kirimkan ke master output ataupun sub group. Untuk memudahkan penggunaan mixer, mari kita lihat mixer dari bagian atas. Berdasarkan blok rangkaian PCB (sirkuit) di dalam mixer kita dapat bagi mixer ini dalam:
modul input
modul input stereo
modul sub group dan aux, dan terakhir
modul master output.
Fader akan kita gunakan untuk menyetel berapa banyak sinyal yang kita ingin kirimkan ke master output ataupun sub group. Untuk memudahkan penggunaan mixer, mari kita lihat mixer dari bagian atas. Berdasarkan blok rangkaian PCB (sirkuit) di dalam mixer kita dapat bagi mixer ini dalam:
modul input
modul input stereo
modul sub group dan aux, dan terakhir
modul master output.
Gain
Penguatan input yang pertama adalah tombol gain, tombol ini berada paling atas dari suatu mixer menandakan bahwa inilah pintu pertama bagi masuknya sinyal ke dalam mixer. Tombol ini dapat digunakan untuk menambah atau mengurangi sinyal yang masuk atau bahkan menyetopnya sama sekali. Tombol ini berupa potensio putar yang dapat diputar searah jarum jam dan sesuai dengan penambahan besarnya input yang kita ingin masukkan.
Line Level atau Switch Microphone
Switch ini kita pergunakan untuk memilih impedansi atau ada juga yang dipergunakan untuk memilih input yang ingin kita pergunakan apakah input mic atau input line. Untuk mixer dengan switch pemilihan input biasanya masih dilengkapi lagi dengan switch untuk mengurangi input atau sering disebut dengan Pad.
Switch Pembalik Fasa
Pembalik fasa dipergunakan untuk membalik positif dari pin XLR nomor 2 menjadi nomor 3 dan negatif sebaliknya. Kita bisa pergunakan untuk mengurangi feedback, atau juga microphone pada bagian atas dan bawah snare, sehingga bagian bawah harus kita balik fasanya.
Umumnya switch ini dipergunakan untuk melalukan suara tinggi di atas frekuansi yang telah di tentukan oleh filter tersebut. Biasanya frekuensi filter ini berada diantara 80 Hz hingga 100 Hz, ini dapat kita gunakan untuk mengurangi kebisingan suara rendah yang masuk melalui microphone.
Tombol-Tombol Equalizer
Tombol-tombol equalizer terdiri dari tombol gain, frekuensi, bahkan ada pula tombol untuk mengatur q (lebar sempitnya kurva). Gain umunya +15 db, gain ini ditujukan untuk menambah atau mengurangi, sedangkan tombol frekuensi digunakan untuk mencari frekuensi yang tepat untuk kita tambah atau kita kurangi.
Mixer-mixer yang mahal memberikan pula tombol pengatur equalizer, atau tombol untuk mengatur lebar sempitnya kurva frekuensi yang akan kita tambah atau kurangi. Equalizer pada mixer merupakan point penting bagi penilaian orang membeli mixer. Kehalusan dan kemapuan eq menjadi point penilaian.
Tombol-Tombol Aux
Aux pada mixer terdapat 2 macam, pre fader dan post fader. Pre fader umumnya sinyal dikeluarkan sesudah melalui tombol mute tetapi belum melewati fader. Sedangkan post fader sinyal dikeluarkan setelah fader, sehingga besar kecilnya sinyal akan tergantung dari naik turunnya fader pada channel tersebut.
Aux Pre : umumnya dipergunakan untuk monitor panggung karena kita tidak menginginkan monitor panggung terpengaruh dengan naik turunya fader.
Aux Post : sangat baik untuk rekaman, atau kita bisa pergunakan untuk mengirikan suara ke sub, ataupun untuk mengirimkan sinyal untuk broadcast.
Tombol Pan (Panoramic Control)
Penyetelan pan dapat kita pergunakan untuk membuat suara menjadi pindah ke kiri atau ke kanan. Atau dapat juga kita pergunakan untuk mengirim sinyal hanya ke sub group 1 atau hanya ke sub group 2 saja.
Switch On/Mute
Switch Master / Mix / L-R
Switch ini dipergunakan untuk mengirim sinyal ke Modul Master untuk Stereo Ouput.
Switch Mono
Switch ini dipergunakan untuk mengirim sinyal ke Modul Master untuk Mono Output
Switch Sub Group (1-2, 3-4, & Seterusnya)
Switch ini dipergunakan untuk mengirim sinyal ke Modul sub group.
Switch Mute Group
Fasilitas ini dapat kita pergunakan untuk mengolong-golongkan channel input ke dalam beberapa nomor mute group. Sehingga kita tidak perlu mematikannya satu persatu jika kita tidak membutuhkannya.
Switch PFL (Pre Fader Listen)
Pre fader listen atau PFL kita pergunakan untuk mendengarkan suara apa yang masuk ke dalam channel tersebut. Selain itu dengan menekan switch ini kita juga akan dapat melihat berapa banyak sinyal yang masuk ke dalam channel tersebut pada meter yang ada pada mixer kita.
Gain Volume Input (Fader Slider / Potensio Geser)
Fader ini dipergunakan untuk menaikkan dan menurunkan volume suara yang telah di-equalizer untuk diteruskan ke master ataupun subgroup tergantung dari pada switch tujuan sinyal yang sudah kita tekan.
Tombol Phantom Power
Mixer-mixer besar pada umumnya sudah memiliki tombol ini di bagian channel input. Tujuan dari pada tombol ini adalah agar channel tersebut dapat memberikan suplai listrik sebesar 48 volt ke alat yang membutuhkan di channel yang kita inginkan (mis ch 1…..dst), seperti mic condenser ataupun alat lainnya. Mixer dengan harga yang murah biasanya hanya memiliki 1 buah tombol phantom power untuk semua channel.
5.2. Modul Input Stereo
Modul input ini tidak berbeda dengan modul input mono, hanya saja konektor inputnya telah dipersiapkan 2 buah untuk input sinya kiri dan kanan. Perbedaanya hanya pada equalizer pada channel tersebut tidak selengkap pada channel mono. Demikian pula dengan impedansi channel tersebut pada umumnya hanya dapat dipergunakan untuk input line saja.
5.3. Modul Sub Group Output dan Master Aux Output
Modul ini dapat kita gunakan untuk mengontrol berapa banyak Sub Group atau Aux yang ingin kita keluarkan atau bahkan campurkan kembali ke Master. Baik Aux maupun Sub Group memiliki tombol-tombol yang dapat kita pergunakan untuk mengontrol volume Sub Group maupun Aux.
Gain Volume Potensio Master Aux
Potensio Aux pada umumnya adalah potensio putar, berbeda dari master maupun sub group yang merupakan potensio geser.
AFL Untuk Master Aux dan Master Sub Group
AFL adalah singkatan dari After Fader Listen, yang di maksud engan after fader listen adalah sinyal baru dapat kita dengarkan apabila tombol mute telah kita buka dan volume atau fader telah kita buka. Tombol ini dapat kita pergunakan untuk mendengarkan isi dari pada fader atau potensio putar tersebut.
Tombol Penukar Master Aux Dengan Master Sub Group
Beberapa merek mixer menyediakan fasilitas ini yang dapat kita gunakan untuk menukar fader untuk Sub Group dengan potensio untuk Aux Master sehingga keduanya bertukar tempat.
Mute Pada Sub Group
Tombol ini kita pergunakan untuk mematikan Sub Group agar tidak tembus ke Sub Group output ataupun ke Master output.
Pan Pada Sub Group
Pan pada Sub Group kita gunakan untuk membuat sub group menjadi mono atau dapat kita buat menjadi stereo. Atau dengan kata lain kita dapat membuatnya menjadi lebih bertenaga dengan membuatnya dalam kondisi mono.
Gain Volume Potensio Sub Group
Potensio Sub Group adalah berupa fader atau potensio geser seperti pada channel input.
Tombol (Mix / L-R) Untuk Menyatukan Sub Group ke Master
Tombol ini kita pergunakan untuk menyalurkan apa yang telah kita mix di sub group ke Master sebagai output keluaran akhir. Jika kita tekan maka sinyal akan secara otomatis di salurkan ke Master Out, jika tidak maka Sub Group akan berdiri sendiri, dan dapat kita salurkan outputnya secara langsung.
Matrix Out
Matrix Out adalah tambahan output yang kita pergunakan untuk menyalurkan sinyal yang telah kita mix ulang, biasanya dengan me-mix ulang subgroup kita. Matrix minimal terdiri dari 2 matrix A dan B, matrix dapat kita pergunakan untuk mengirim ke speaker di area lain, untuk merekam, bahkan untuk siaran langsung sekalipun.
5.4. Modul Master Output
Pada modul Master kita masih dapat menaikkan dan menurunkan volume seluruh hasil mixing kita.
Master Output AFL
Jika kita tekan tombol ini kita dapat mendengarkan sinyal audio seperti apa yang ada pada master kita. Tentu saja oleh kerena tombol ini adalah tombol AFL maka kita baru bisa mendengarkannya setelah kita membuka volume fader dan mengangkat tombol mute.
Master Output Mute
Tombol ini dapat kita gunakan untuk mematikan output sinyal dari master volume potensio.
Master Output Volume Fader
Potensio volume Master adalah berupa fader atau potensio geser seperti pada channel input dan Sub Group.
Fasilitas Talk Back panggung melalui Aux (jika kita pergunakan sebagai monitor), seluruh orang yang berada di depan speaker utama (Master), atau pun ke tempat lainnya.
Fasilitas Mute Group
Mute Group hanya terdapat pada mixer besar pada umumnya. Fasilitas ini ditujukan agar kita tidak pelu repot mematikan channel input secara individual. Melainkan dapat kita golong-golongkan ke dalam beberapa mute group.
Headphone Volume
Headphone volume dapat kita pergunakan untuk menaik turunkan volume pada headphone sehingga kita dapa mendengar lebih jelas. Harap menjadi catatan biasnya volume PFL atau AFL akan lebih besar daripada volume Master, diharapkan kita tidak lupa mengecilkannya sebelum kita memindahkannya.